Ada seorang teman yang mengkritisi, tentang ucapan “selamat berbahagia”, “selamat menempuh hidup baru”, pun ucapan lain yang senada. Setengah terbahak ia bilang, “Lha orang menikah kog diselametin. Ngapain diberi ucapan selamat segala. Karena sebenarnya orang menikah itu tidak tahu di ujung mana ia akan berakhir. Belum tentu bahagia, belum tentu langgeng,” katanya. Kujawab,” Lho, maka dari itu orang yang menikah perlu kita doakan, agar perjalanan pernikahannya benar-benar bisa bahagia, dan langgeng,”Temanku yang agak “sableng” ini hanya terkekeh dan berlalu.
Bukan sekali ku melihat berakhirnya sebuah rumah tangga. Dari lingkungan terdekat telah ada kerabat, juga sahabat yang memulai rumah tangga dengan suka cita dan mengakhirinya dengan tangis perpisahan. Siapakah yang menangis paling keras? Anak-anak. Ayah ibu yang punya masalah, anak jadi korban.
Mengenai jodoh ada banyak pendapat silahkan mau percaya atau tidak.
Aku dan beberapa teman langsung bermain-main dengan “mata ketiga”. Benarkah ada benang merah di kaki, menuju kemana, di kaki siapa benang merah di kakiku terhubung…hmmm, sangat menarik. Jika benang itu tak terhubung atau putus di tengah jalan, artinya tak ada seseorang diluar sana yang akan menjadi soul mate. Alias alamat bakal melajang sepanjang hayat.
Ada pula orang berpendapat jika sudah menikah maka pasti jodoh, namun seberapa lama perjodohan itu yang jadi pertanyaan. Jika terjadi perpisahan baik karena ajal maupun perceraian, artinya jodoh hanya sampai disana. Jika menikah lagi dengan orang lain, maka orang itu pun juga disebut jodoh (lagi).
Beberapa orang masih meyakini bahwa hanya ada satu orang yang benar-benar menjadi jodoh dalam kehidupan seseorang. Jika seorang ini menikah lebih dari sekali, maka yang lain adalah ”penggembira”. Bukan jodohnya. Pertanyaannya adalah jika seorang laki-laki menikah dengan 4 orang perempuan, maka mana yang penggembira dan mana yang benar-benar jodohnya...?
Bagaimana jika telah terjadi penodaan terhadap kepercayaan, kesetiaan, dan komitmen entah dengan berbagai alasan. Apa yang kan dihadapi. Akankah hidup akan tetap sama atau berubah lebih baik, atau lebih buruk?
Gusti, paringana sabar.......