Jumat, 31 Oktober 2008

Is there a soul mate for anyone?

 Belakangan hari ini aku begitu banyak berpikir tentang pernikahan. Apa sesungguhnya pernikahan, apa yang dicari dalam sebuah pernikahan, apakah kita sudah menikah dengan orang yang tepat, bagaimana menyikapi tiap pergolakan saat ikrar sudah diucapkan.

Ada seorang teman yang mengkritisi, tentang ucapan “selamat berbahagia”, “selamat menempuh hidup baru”, pun ucapan lain yang senada. Setengah terbahak ia bilang, “Lha orang menikah kog diselametin. Ngapain diberi ucapan selamat segala. Karena sebenarnya orang menikah itu tidak tahu di ujung mana ia akan berakhir. Belum tentu bahagia, belum tentu langgeng,” katanya. Kujawab,” Lho, maka dari itu orang yang menikah perlu kita doakan, agar perjalanan pernikahannya benar-benar bisa bahagia, dan langgeng,”Temanku yang agak “sableng” ini hanya terkekeh dan berlalu.

Lama kelamaan baru kusadari ada sebagian ucapannya yang benar. Bahwa kita tidak pernah tahu apakah “kucing dalam karung” yang kita “beli” ini adalah benar Mr./ Ms. Right atau Mr./ Ms. Wrong. Apakah bisa selalu akur? Kalau pun terjadi permasalahan, bagaimana berkompromi hingga roda rumah tangga terus bergulir.

Bukan sekali ku melihat berakhirnya sebuah rumah tangga. Dari lingkungan terdekat telah ada kerabat, juga sahabat yang memulai rumah tangga dengan suka cita dan mengakhirinya dengan tangis perpisahan. Siapakah yang menangis paling keras? Anak-anak. Ayah ibu yang punya masalah, anak jadi korban.

Pertanyaan lain yang bermain di benakku adalah orang-orang yang begitu betah hidup single dengan berbagai alasan. Baik karena belum menemukan jodoh, malas berumah tangga, dll, alasan yang terlontar. 

Mengenai jodoh ada banyak pendapat silahkan mau percaya atau tidak. 

Saat ku mengikuti sebuah komunitas esoteric, ada seorang rekan yang mengatakan bahwa tiap manusia memiliki benang merah yang terikat dikakinya, yang menghubungkan dengan soul mate nya. Biar pun terpisah samudra dan lautan, mereka akan bertemu. 
Aku dan beberapa teman langsung bermain-main dengan “mata ketiga”. Benarkah ada benang merah di kaki, menuju kemana, di kaki siapa benang merah di kakiku terhubung…hmmm, sangat menarik. Jika benang itu tak terhubung atau putus di tengah jalan, artinya tak ada seseorang diluar sana yang akan menjadi soul mate. Alias alamat bakal melajang sepanjang hayat.

Ada pula orang berpendapat jika sudah menikah maka pasti jodoh, namun seberapa lama perjodohan itu yang jadi pertanyaan. Jika terjadi perpisahan baik karena ajal maupun perceraian, artinya jodoh hanya sampai disana. Jika menikah lagi dengan orang lain, maka orang itu pun juga disebut jodoh (lagi).

Pun sebuah pernyataan juga yang menarik bahwa hidup manusia seperti kelima jari di tangan kita. Tiap jari memiliki cerita, dan nasib sendiri. Tinggal kemana kita akan langkahkan kaki. Termasuk dalam memilih jodoh. Kita bisa menikah dengan si A, si B, si C, dengan perjalanan kisah dan ending yang berbeda.

Beberapa orang masih meyakini bahwa hanya ada satu orang yang benar-benar menjadi jodoh dalam kehidupan seseorang. Jika seorang ini menikah lebih dari sekali, maka yang lain adalah ”penggembira”. Bukan jodohnya. Pertanyaannya adalah jika seorang laki-laki menikah dengan 4 orang perempuan, maka mana yang penggembira dan mana yang benar-benar jodohnya...?

Masalah hubungan, pernikahan, dan juga jodoh, masih merupakan hal yang menarik perhatianku. Suasana complicated heart ku saat ini membuatku jadi banyak renungkan arti sebuah relasi pasangan, komitmen, kepercayaan, dan kesetiaan dalam pernikahan dan hubungan..

Bagaimana jika telah terjadi penodaan terhadap kepercayaan, kesetiaan, dan komitmen entah dengan berbagai alasan. Apa yang kan dihadapi. Akankah hidup akan tetap sama atau berubah lebih baik, atau lebih buruk?

Setahuku, tidak ada rumah tangga yang sempurna. Namun, jika ada orang ketiga, pasti ada permasalah yang terjadi di dalam rumah tersebut. Seperti apakah rumah tangga yang ideal, dan bagaimana memperbaiki situasi yang runyam? Sepertinya aku masih harus banyak belajar. Sumeleh, nerima, menurunkan temper dan ego. 

Gusti, paringana sabar.......  

  

1 komentar:

pancanaka mengatakan...

banyak tafsiran tentang arti kata "soul mate"...
tujuan utama manusia hidup bukan untuk membuktikan kalo dia sudah menemukan "soul mate"nya dgn diikat sebuah pernikahan...